Inspirasi Hidup
Kisah Peperangan Antara Binatang di Daratan dan Burung
Dahulu kala di suatu masa, terjadi peperangan di antara binatang di daratan dan burung. Karena ketakutan kedua belah pihak hampir seimbang, peperangan itu berlangsung cukup lama, yaitu tiga puluh hari tiga puluh malam tanpa henti. Setiap jenis binatang dan burung terlibat dalam peperangan itu. Pasukan binatang diketuai oleh harimau sementara pasukan burung diketuai oleh elang.
Sepanjang peperangan berlangsung, banyaklah yang mati hingga akhirnya pasukan burung mengaku kalah. Pasukan binatang pun berpesta pora merayakan kemenangan mereka. Tiba-tiba, sewaktu mereka asyik menikmati acara pesta tersebut, datanglah serombongan kelelawar untuk turut merayakan hari kemenangan itu. Mereka dihalau oleh sang harimau dengan mengatakan, "Kalian tidak boleh mengikuti acara pesta ini karena sesungguhnya kalian dari jenis burung yang bermusuhan dengan kami".
Si kelelawar menjawab, "Kami bukan dari jenis burung, coba kamu lihat kami adalah jenis mamalia yang turut berperang melawan burung di udara.... " Dan teman-teman kelelawar lainnya terus memberikan berbagai alasan sehingga akhirnya diterima oleh sang harimau dan semua binatang yang lain. Kumpulan kelelawar diizinkan ikut serta dalam acara pesta tersebut.
Tidak lama kemudian, sang burung yang tidak bisa menerima kekalahan itu mulai menyusun strategi baru dan setelah melakukan persiapan yang matang, mereka menyerang kumpulan binatang. Maka, sekali lagi, peperangan hebat dan dasyat kembali berulang dan waktu lebih daripada tiga puluh hari tanpa henti, siang dan malam. Kali ini giliran pasukan burung yang memenangkan pertarungan dan mereka lalu berpesta pora untuk merayakan kemenangan mereka.
Di tengah acara pesta, tiba-tiba datang sekelompok kelelawar untuk bergabung bersama mereka. Begitu melihat kelelawar, sang elang selaku 'raja' burung mengusir mereka dengan mengatakan, "Pergi kamu dari sini hai kelelawar. Kalian bukan dari keluarga kami dan kalian tidak ikut berperang dengan kami sewaktu melawan binatang".
Sang kelelawar menjawab, "Wahai Elang, sang raja burung, walaupun kami dari jenis mamalia tetapi kami terbang seperti kalian dan dalam peperangan tersebut, sesungguhnya kami telah ikut menyerang sekumpulan binatang, "serta banyak lagi alasan lainnya sehingga mereka diterima dalam acara tersebut.
Beberapa waktu kemudian, kedua belah pihak bertemu untuk membicarakan perjanjian damai. Mereka telah sadar bahwa peperangan hanyalah menyengsarakan mereka semua. Alangkah baiknya bila mereka bisa hidup damai, tanpa peperangan lagi. Mereka pun sepakat untuk menandatangani perjanjian damai tersebut dan semua binatang dan burung diundang untuk menghadiri peristiwa akbar itu.
Di situlah kedok sang kelelawar terbuka. Mereka hanya hidup dengan mengambil kesempatan atas pihak lain. Mana yang menguntungkan, itulah yang diikutinya. Karena keadaan telah berubah, terbukalah sikap plin-plan mereka. Karena itu, para kelelawar diusir dari hutan tersebut dan karena menanggung perasaan malu yang amat sangat, mereka mengambil keputusan untuk tinggal dalam gua-gua batu dan hanya keluar di malam hari untuk mencari makan agar tidak kelihatan oleh binatang ataupun burung.
Hiduplah dengan memiliki prinsip yang jelas dan kokoh. Kemunafikan kita dalam memanfaatkan orang lain, suatu saat akan terlihat oleh orang lain.
Si kelelawar menjawab, "Kami bukan dari jenis burung, coba kamu lihat kami adalah jenis mamalia yang turut berperang melawan burung di udara.... " Dan teman-teman kelelawar lainnya terus memberikan berbagai alasan sehingga akhirnya diterima oleh sang harimau dan semua binatang yang lain. Kumpulan kelelawar diizinkan ikut serta dalam acara pesta tersebut.
Tidak lama kemudian, sang burung yang tidak bisa menerima kekalahan itu mulai menyusun strategi baru dan setelah melakukan persiapan yang matang, mereka menyerang kumpulan binatang. Maka, sekali lagi, peperangan hebat dan dasyat kembali berulang dan waktu lebih daripada tiga puluh hari tanpa henti, siang dan malam. Kali ini giliran pasukan burung yang memenangkan pertarungan dan mereka lalu berpesta pora untuk merayakan kemenangan mereka.
Di tengah acara pesta, tiba-tiba datang sekelompok kelelawar untuk bergabung bersama mereka. Begitu melihat kelelawar, sang elang selaku 'raja' burung mengusir mereka dengan mengatakan, "Pergi kamu dari sini hai kelelawar. Kalian bukan dari keluarga kami dan kalian tidak ikut berperang dengan kami sewaktu melawan binatang".
Sang kelelawar menjawab, "Wahai Elang, sang raja burung, walaupun kami dari jenis mamalia tetapi kami terbang seperti kalian dan dalam peperangan tersebut, sesungguhnya kami telah ikut menyerang sekumpulan binatang, "serta banyak lagi alasan lainnya sehingga mereka diterima dalam acara tersebut.
Beberapa waktu kemudian, kedua belah pihak bertemu untuk membicarakan perjanjian damai. Mereka telah sadar bahwa peperangan hanyalah menyengsarakan mereka semua. Alangkah baiknya bila mereka bisa hidup damai, tanpa peperangan lagi. Mereka pun sepakat untuk menandatangani perjanjian damai tersebut dan semua binatang dan burung diundang untuk menghadiri peristiwa akbar itu.
Di situlah kedok sang kelelawar terbuka. Mereka hanya hidup dengan mengambil kesempatan atas pihak lain. Mana yang menguntungkan, itulah yang diikutinya. Karena keadaan telah berubah, terbukalah sikap plin-plan mereka. Karena itu, para kelelawar diusir dari hutan tersebut dan karena menanggung perasaan malu yang amat sangat, mereka mengambil keputusan untuk tinggal dalam gua-gua batu dan hanya keluar di malam hari untuk mencari makan agar tidak kelihatan oleh binatang ataupun burung.
Hiduplah dengan memiliki prinsip yang jelas dan kokoh. Kemunafikan kita dalam memanfaatkan orang lain, suatu saat akan terlihat oleh orang lain.
No comments:
Post a Comment