Inspirasi Hidup
"2 1/2 Orang Sahabat"
Di sebuah negara Antah Berantah, tinggallah seorang saudagar Arab yang kaya raya bernama Zainal Abidin. Ia tinggal bersama seorang anaknya yang diasuh dengan penuh kasih sayang. Sewaktu anak ini sudah beranjak remaja, dia menjadi pemuda yang gagah dan tinggi budi pekertinya.
Suatu hari, Zainal Abidin memanggil anaknya lalu berkata,"Dalam hidup ini, selain harta benda yang kita miliki sekarang ini, kita juga perlu mempunyai sahabat-sahabat yang setia dan selalu bersedia membantu kita apabila kita memerlukan bantuan mereka. Anakku, ambillah uang ini dan carilah sahabat-sahabat seperti yang ayah katakan".
Berbekal uang itu, anaknya pergi keluar kota dan mencari sahabat-sahabat seperti yang dikatakan oleh ayahnya. Setelah bertemu dengan beberapa orang yang dijadikan sahabat-sahabatnya, dia pun pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, ayahnya bertanya, "Sudah sekian lama kamu meninggalkan rumah ini untuk mencari sahabat, tolong katakan kepada ayah, berapa orang sahabatmu sekarang?".
"Ayah, sejak meninggalkan rumah ini aku telah bertemu dengan lima puluh orang yang bisa aku jadikan sahabat dan mereka benar-benar tulus bersahabat denganku".
"Bagus, anakku, walaupun ayah telah hidup lebih dari enam puluh tahun, tetapi ayah hanya mempunyai 2 1/2 orang sahabat saja dan sesungguhnya kamu lebih hebat dari ayah. Bisakah kamu mengundang para sahabatmu ke rumah kita, karena ayah ingin mengadakan acara syukuran minggu depan".
Setelah itu, si ayah meninggalkannya untuk membuat persiapan acara syukuran.
Pada hari yang ditentukan, berkumpullah lima puluh orang sahabat anaknya dirumah dan setelah mereka selesai makan, berkatalah Zainal Abidin, "Wahai para sahabat anakku, aku amat berbesar hati karena kalian semua sudi datang ke rumah ini dan tujuankku mengundang kalian semua adalah karena aku ingin minta pendapat kalian sehubung dengan musibah yang menimpa anakku ini. Anakku telah dituduh berselingkuh dengan putri raja dan kalian tahu, anakku tidak melakukan perbuatan terkutuk tersebut, tetapi raja tidak mempercayainya. Besok pagi, tentara raja akan datang ke rumah ini untuk menangkap anakku".
"Maaf, Pak. Kami sangat takut berurusan dengan raja dan kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sekiranya bukan raja, kami pasti akan berpihak kepada sahabat kami ini".
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata, "Aku akan menemani sahabatku ini, apa pun yang akan terjadi. Sekiranya tentara raja datang untuk menangkapnya, aku akan ikut bersama dia menghadap raja dan meminta belas kasihan raja agar kesalahannya diampuni. Sekiranya tidak mendapat pengampunan, aku siap mempertaruhkan nyawaku untuk menentang perintah raja".
Setelah para sahabat itu pulang ke rumah masing-masing, Zainal Abidin berkata kepada anaknya, "Kamu sesungguhnya hanya mempunyai seorang sahabat dan yang lain hanyalah teman-temanmu belaka. Seorang sahabat akan sanggup bersama kita, dalam saat kita senang ataupun susah. Besok aku akan memanggil 2 1/2 sahabatku dan aku akan mengenalkannya kepadamu".
Keesokan harinya, Zainal Abidin pun memanggil tiga orang temannya untuk datang ke rumah. Dia menanyakan kabar dan kesibukan masing-masing. Tiba-tiba berkatalah Zainal Abidin, "Sahabat-sahabatku, sebenarnya tujuanku memanggil kalian adalah karena aku ingin meminta pendapat kalian berkenan dengan apa yang harus aku lakukan terhadap musibah yang menimpa anakku ini. Dia telah dituduh berselingkuh dengan anak raja dan besok tentara raja akan datang menangkap anakku untuk dijatuhi hukuman mati. Kalian semua tahu bahwa anakku sungguh tidak melakukan perbuatan hina tersebut dan itu cuma fitnah belaka".
Berkatalah seorang dari mereka, "Begini saja. Sebelum tentara raja datang, aku akan menghadap raja dan menawarkan seluruh hartaku untuk menggantikan nyawa anakmu".
Seorang lain berkata, "Aku akan meminta agar raja mengambil nyawaku saja sebagai ganti nyawa anakmu karena aku toh sudah tua dan puas menikmati hidup ini. Biarlah anakmu yang masih muda terus hidup untuk menikmati hari-hari mendatang".
Sahabat yang ketiga angkat bicara, "Saranku adalah aku akan menemui raja dan menawarkan seluruh hartaku. Sekiranya raja tidak mau menerimanya, aku akan meyakinkannya agar beliau mengambil nyawaku sebagai ganti nyawa anakmu".
Setelah itu, mereka berpelukan untuk pulang ke rumah masing-masing dan meminta Zainal Abidin memberi kabar selanjutnya mengenai perkara ini.
Kemudian Zainal Abidin berkata kepada anaknya, "Kamu lihat anakku, kenapa aku mengatakan aku hanya mempunyai 2 1/2 sahabat, karena yang seorang hanya sanggup mengorbankan hartanya dan bagiku dia adalah 1/2 sahabat. Seorang lagi sanggup mengorbankan nyawanya dan yang terakhir sanggup memberikan harta dan nyawanya sebagai tanda persahabatan kami. Ini semata-mata adalah ketulusan kita dalam bersahabat".
Dalam perjalanan menempuh kesuksesan diperlukan sahabat yang benar-benar tulus membantu serta membimbing kita.
"Maaf, Pak. Kami sangat takut berurusan dengan raja dan kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sekiranya bukan raja, kami pasti akan berpihak kepada sahabat kami ini".
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata, "Aku akan menemani sahabatku ini, apa pun yang akan terjadi. Sekiranya tentara raja datang untuk menangkapnya, aku akan ikut bersama dia menghadap raja dan meminta belas kasihan raja agar kesalahannya diampuni. Sekiranya tidak mendapat pengampunan, aku siap mempertaruhkan nyawaku untuk menentang perintah raja".
Setelah para sahabat itu pulang ke rumah masing-masing, Zainal Abidin berkata kepada anaknya, "Kamu sesungguhnya hanya mempunyai seorang sahabat dan yang lain hanyalah teman-temanmu belaka. Seorang sahabat akan sanggup bersama kita, dalam saat kita senang ataupun susah. Besok aku akan memanggil 2 1/2 sahabatku dan aku akan mengenalkannya kepadamu".
Keesokan harinya, Zainal Abidin pun memanggil tiga orang temannya untuk datang ke rumah. Dia menanyakan kabar dan kesibukan masing-masing. Tiba-tiba berkatalah Zainal Abidin, "Sahabat-sahabatku, sebenarnya tujuanku memanggil kalian adalah karena aku ingin meminta pendapat kalian berkenan dengan apa yang harus aku lakukan terhadap musibah yang menimpa anakku ini. Dia telah dituduh berselingkuh dengan anak raja dan besok tentara raja akan datang menangkap anakku untuk dijatuhi hukuman mati. Kalian semua tahu bahwa anakku sungguh tidak melakukan perbuatan hina tersebut dan itu cuma fitnah belaka".
Berkatalah seorang dari mereka, "Begini saja. Sebelum tentara raja datang, aku akan menghadap raja dan menawarkan seluruh hartaku untuk menggantikan nyawa anakmu".
Seorang lain berkata, "Aku akan meminta agar raja mengambil nyawaku saja sebagai ganti nyawa anakmu karena aku toh sudah tua dan puas menikmati hidup ini. Biarlah anakmu yang masih muda terus hidup untuk menikmati hari-hari mendatang".
Sahabat yang ketiga angkat bicara, "Saranku adalah aku akan menemui raja dan menawarkan seluruh hartaku. Sekiranya raja tidak mau menerimanya, aku akan meyakinkannya agar beliau mengambil nyawaku sebagai ganti nyawa anakmu".
Setelah itu, mereka berpelukan untuk pulang ke rumah masing-masing dan meminta Zainal Abidin memberi kabar selanjutnya mengenai perkara ini.
Kemudian Zainal Abidin berkata kepada anaknya, "Kamu lihat anakku, kenapa aku mengatakan aku hanya mempunyai 2 1/2 sahabat, karena yang seorang hanya sanggup mengorbankan hartanya dan bagiku dia adalah 1/2 sahabat. Seorang lagi sanggup mengorbankan nyawanya dan yang terakhir sanggup memberikan harta dan nyawanya sebagai tanda persahabatan kami. Ini semata-mata adalah ketulusan kita dalam bersahabat".
Dalam perjalanan menempuh kesuksesan diperlukan sahabat yang benar-benar tulus membantu serta membimbing kita.
No comments:
Post a Comment