Inspirasi Hidup
Pak Kaduk yang Menang Sorak Tapi Desa Tergadai
Pak Kaduk yang Menang Sorak Tapi Desa Tergadai
Di sebuah desa, tinggallah seorang yang miskin bernama Pak Kaduk. Pak Kaduk memelihara seekor ayam aduan yang cukup hebat dan sering menang di dalam lomba ayam aduan sehingga kisahnya terkenal di seluruh negeri. Suatu hari, Raja memerintah negara tersebut mengadakan lomba ayam aduan dan banyak pemilik ayam aduan dari berbagai pelosok negeri itu ikut serta.
Hadia yang cukup besar disediakan bagi pemenang, Pak Kaduk pun berminat ikut serta. Ia menyiapkan pakaian yang cukup indah berbahan kertas untuk dipakai sewaktu mengikuti lomba ayam aduan tersebut. Pada hari yang ditetapkan, berangkatlah Pak Kaduk membawa ayam aduannya dengan memakai pakaian yang dibuat dari kertas menuju istana Raja.
Dalam perlombaan tersebut, dari putaran pertama sampai menjelang akhir, ayam aduan Pak Kaduk tak pernah terkalahkan, begitu juga ayam aduan Raja yang mengendalikan lomba ini. Dalam putaran terakhir atau final, bertemulah kedua ayam itu dan sebelum pertandingan dimulai, raja mengikuti nasihat pembesar negeri memanggil Pak Kaduk dan berkata, "Pak Kaduk, aku punya sejenis ayam aduan yang luar biasa, kalau kamu lihat semua taji ayam menghala ke belakang sementara taji ayamku ini menghala ke depan. Bagaimana kalau kita bertukar ayam karena aku kasihan kepadamu. Kamu ambil ayamku dan aku ambil ayammu. Sekiranya ayamku menang, aku akan memberi harta yang cukup banyak kepadamu, dan sekiranya ayamku yang menang, kamu harus menyerahkan kampung atau desamu kepadaku".
Tertarik dengan keganjilan ayam milik raja tersebut dan besar hadiah yang ditawarkan, Pak Kaduk bersedia bertukar ayam serta menerima taruhan yang ditawarkan oleh raja.
Ayam mereka pun mulai diadu dan setiap kali bertempur, ayam milik raja yang telah menjadi milik Pak Kaduk akan melibas dirinya sendiri sebab tajinya menghala ke depan dan ayam Pak Kaduk yang telah menjadi ayam milik raja terus menyerang dan menaji lawannya sampai mati. Pak Kaduk langsung melompat-lompat kegirangan sambil berteriak-teriak karena merasa ayamnya telah memenangi pertandingan tersebut dan pakaiannya yang terbuat dari kertas terlepas dari badannya sehingga para penonton tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan kejadian tersebut. Dia lupa bahwa ayamnya sebenarnya telah ditukar dengan ayam raja. Sambil tersenyum, raja berkata dengan lantang, "Pak Kaduk, kamu telah kalah dalam pertandingan ini dan sesuai dengan perjanjian kita, kampungmu sekarang telah menjadi milikku".
Pak Kaduk pun pucat pasi dan lemas lunglai mendengar perkataan raja yang benar adanya itu, pulanglah Pak Kaduk dengan hati galau dan penuh penyesalan, karena sesungguhnya ayamnyalah yang berhasil keluar menjadi sang juara wahid, namun karena kerakusannya dia telah menerima bujukan raja. Dia tidak hanya kalah dalam perlombaan, tapi juga harus menyerahkan kampunya kepada raja.
Sesungguhnya Kita jangan sesekali tergoda dengan milik orang lain, karena apa yang kita miliki adalah yang terbaik. Kita hanya perlu mendayagunakannya semaksimal mingkin.
Dalam perlombaan tersebut, dari putaran pertama sampai menjelang akhir, ayam aduan Pak Kaduk tak pernah terkalahkan, begitu juga ayam aduan Raja yang mengendalikan lomba ini. Dalam putaran terakhir atau final, bertemulah kedua ayam itu dan sebelum pertandingan dimulai, raja mengikuti nasihat pembesar negeri memanggil Pak Kaduk dan berkata, "Pak Kaduk, aku punya sejenis ayam aduan yang luar biasa, kalau kamu lihat semua taji ayam menghala ke belakang sementara taji ayamku ini menghala ke depan. Bagaimana kalau kita bertukar ayam karena aku kasihan kepadamu. Kamu ambil ayamku dan aku ambil ayammu. Sekiranya ayamku menang, aku akan memberi harta yang cukup banyak kepadamu, dan sekiranya ayamku yang menang, kamu harus menyerahkan kampung atau desamu kepadaku".
Tertarik dengan keganjilan ayam milik raja tersebut dan besar hadiah yang ditawarkan, Pak Kaduk bersedia bertukar ayam serta menerima taruhan yang ditawarkan oleh raja.
Ayam mereka pun mulai diadu dan setiap kali bertempur, ayam milik raja yang telah menjadi milik Pak Kaduk akan melibas dirinya sendiri sebab tajinya menghala ke depan dan ayam Pak Kaduk yang telah menjadi ayam milik raja terus menyerang dan menaji lawannya sampai mati. Pak Kaduk langsung melompat-lompat kegirangan sambil berteriak-teriak karena merasa ayamnya telah memenangi pertandingan tersebut dan pakaiannya yang terbuat dari kertas terlepas dari badannya sehingga para penonton tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan kejadian tersebut. Dia lupa bahwa ayamnya sebenarnya telah ditukar dengan ayam raja. Sambil tersenyum, raja berkata dengan lantang, "Pak Kaduk, kamu telah kalah dalam pertandingan ini dan sesuai dengan perjanjian kita, kampungmu sekarang telah menjadi milikku".
Pak Kaduk pun pucat pasi dan lemas lunglai mendengar perkataan raja yang benar adanya itu, pulanglah Pak Kaduk dengan hati galau dan penuh penyesalan, karena sesungguhnya ayamnyalah yang berhasil keluar menjadi sang juara wahid, namun karena kerakusannya dia telah menerima bujukan raja. Dia tidak hanya kalah dalam perlombaan, tapi juga harus menyerahkan kampunya kepada raja.
Sesungguhnya Kita jangan sesekali tergoda dengan milik orang lain, karena apa yang kita miliki adalah yang terbaik. Kita hanya perlu mendayagunakannya semaksimal mingkin.
No comments:
Post a Comment