Kerja Nyata Pemerintah Daerah
Hall Hill dan Anna Weiderman dalam tulisannya,.[1]
mengkaji pengaruh Pemda terhadap perkembangan ekonomi daerah. Mereka mengatakan, pengaruh faktor-faktor lokal terhadap laju pertumbuhan ekonomi daerah akan menjadi sangat nyata, bila dikombinasikan dengan kondisi awal yang baik atau situasi eksternal. Bali misalnya, mempunyai prestasi pertumbuhan ekonomi yang baik, yang didukung pertumbuhan pertanian padi dan pariwisata, namun difasilitasi lebih lanjut oleh kohesi sosial dan pemerintah provinsi yang bersemangat. Contoh lain adalah Jawa Timur, yang berdasarkan ekonomi multi-sektor, juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, antara lain karena dibantu oleh beberapa gubernur dan bupati yang kapabel yang secara berturut-turut memimpin pemerintahan daerah. Bahkan Jawa Tengah dan Yogyakarta yang banyak orang pesimis, prestasinya sangat baik, dan mungkin ini juga disebabkan karena pimpinan daerah yang handal. Akhirnya Jakarta yang dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin sampai 1977, telah mampu mentansformasi diri menjadi ibu kota negara yang modern. Di luar Jawa juga terdapat daerah-daerah yang berprestasi baik. Sumatra Barat misalnya, meskipun tidak didukung oleh sumber daya mineral dan berlokasi di sisi yang "salah", ekonominya juga tumbuh cepat, nampaknya akibat kualitas pejabat daerah dan kohesi sosial. Dan aceh yang kaya dengan sumber daya alam itu dan mempunyai dasar kegiatan pertanian yang kuat, ternyata bisa tumbuh lebih cepat daripada Riau yang sama-sama kaya akan sumber daya alam.
Sebaliknya ada provinsi-provinsi yang tidak mampu secara efektif memanfaatkan kondisi awal yang menguntungkan. Contoh yang paling nyata adalah Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan. Sumatra Utara dicirikan dengan ekonomi yang tidak dinamis dan tidak seimbang, terutama akibat prioritas perkebunan besar dan diabaikannya pertanian rakyat. Sebagian penjelasannya mungkin adalah kualitas pejabat daerah. Kemudian Sulawesi Selatan, yang ibukotanya Ujungpandang (sekarang Makassar,pen.) sejak dahulu adalah pusat kegiatan Indonesia Timur, seharusnya juga dapat berprestasi lebih baik. Contoh lain adalah Jawa Barat, yang ekonominya tidak tumbuh sesuai dengan potensinya. Jawa Barat seharusnnya dapat menarik keuntungan dari limpahan kegiatan perkotaan dan industri Jakarta, investasi pemerintah yang sangat besar, tingginya permintaan akan barang dan jasa dengan value added yang tinggi, dan peningkatan produksi padi.
Karenanya maka kenyataan-kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa faktor-faktor lokal benar-benar berpengaruh. Pemda dapat menyebabkan program-program nasional berjalan dengan lebih baik, dan bahkan menarik alokasi dana pemerintah pusat yang lebih besar. Birokrasi daerah dan pelayanan umum setempat yang lebih efisien juga dapat menarik industri pengolahan yang footlose (dapat berlokasi di manapun tanpa mempengaruhi efisiensi) dan investasi dalam bidang pertanian yang lebih besar. Dengan akan berkurangnya dominasi pemerintah pusat, diperkirakan faktor-faktor regional ini akan semakin menjadi penentu utama dari prestasi ekonomi daerah di masa datang.
INSPIRASI : Buku "Pembanguan Daerah Mendorong Pemda Berjiwa Bisnis" oleh Ir. Sussongko Suhardjo, MSc, MPA, PhD, Jakarta : Panta Rei, 2006, hal.6-8.
Catatan Kaki :
[1]Hal Hill dan Anna Weiderman, "Regional Development in Indonesia: Patterns and Issues", dalam Hal Hill, editor, Unity and Diversity: Regional Economic Development in Indonesia Since 1970 (Singapore etc.: Oxford University Press, 1989), hal.52-3.
[1]Hal Hill dan Anna Weiderman, "Regional Development in Indonesia: Patterns and Issues", dalam Hal Hill, editor, Unity and Diversity: Regional Economic Development in Indonesia Since 1970 (Singapore etc.: Oxford University Press, 1989), hal.52-3.
No comments:
Post a Comment