STEVANI On Social Media

Monday, May 11, 2020

Evolusi Kebijakan Pemda


Evolusi Kebijakan Pemda

Di masa lalu, terutama dalam dekade 1960-an, 1970-an, dan 1980-an, Negara-negara maju berada dalam perekonomian yang tidak menguntungkan. Untuk itu banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian yang dikenal sebagai evolusi. Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada kebijakan-kebijakan pemda untuk meningkatkan perekonomian.
Terdapat tiga tahap evolusi strategi pengembangan ekonomi daerah yang pernah dilampaui oleh pemda-pemda di Negara maju terutama di AS, yaitu :1

a. Menarik perusahaan dari Daerah lain2 (2 Teknik-teknik yang lebih rinci terdapat dalam David Kotler et.al, Marketing Palces, hal. 231)
Pada dasarnya strategi ini menganjurkan agar Pemda berusaha untuk menarik perusahaan-perusahaan yang sedang beroperasi di daerah lain, dengan tujuan untuk memindahkan lapangan kerja dari wilayah lain ke wilayahnya. Termasuk dalam strategi ini adalah menarik investasi dari luar negeri, yang dikenal dengan penanaman modal asing. 

b. Mempertahakan dan memperluas Perusahaan Yang Ada3 (3Philip Kotler, Donald H. Haider, dan Irving Rein, Marketing Places: Attracting Investment, Industry, and Tourism to Cities, States, and Nations (New York etc: Free Press, 1993), hal. 247-259)
Strategi pertama, selain membuat permusuhan dan persaingan antar daerah, juga tidak terlalu banyak menciptakan lapangan kerja. Sementara itu, insentif yang harus disediakan oleh Pemda agar perusahaan yang ditarik mau pindah, juga memboroskan sumber daya dan dana Pemda. Selain itu kehilangan bisnis yang pindah ke tempat lain ternyata membawa dampak psikologi yang besar (karena menunjukkan iklim usaha di tempat itu tidak menarik), yang tidak bisa diimbangi dengan dampak positif daripada masuknya bisnis dari tempat lain. Karena itu maka strategi untuk mempertahankan bisnis yang ada semakin lama dipandang sebagai lebih superior daripada strategi untuk menarik bisnis dari daerah lain, karena teryata sebagian besar lapangan kerja baru diciptakan oleh perusahaan yang sudah ada yang memperluas usahanya, dan oleh perusahaan yang baru berdiri.
Banyak yang bisa dilakukan oleh Pemda untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnis yang sudah ada. Salah satu di antaranya adalah membantu agar bisnis yang ada tersebut semakin kompetitif dan menciptakan iklim yang lebih menunjang perluasan kegiatan usaha, misalnya melalui pengembangan teknologi dengan kerjasama dengan perguruan tinggi, penyediaan balai-balai latihan kerja yang programnya disesuaikan dengan kebutuhan atau atas permintaan bisnis yang ada.

c. Mendorong Pendirian Perusahaan Baru
Strategi ini lebih banyak berfokus pada pengembangan lembaga perguruan-tinggi yang bermutu, angkatan kerja yang berkwalitas tinggi, pelabuhan darat dan laut yang baik, sarana perhubungan yang baik, prasarana dan kualitas pemerintahan setempat. Pemakaian strategi ini merupakan suatu pergeseran dari titik berat pada kuantitas (lahan, tenaga kerja, insentif) menjadi kualitas.
Hampir semua daerah di AS menerapkan strategi ini, telah melakukan upaya untuk mengatasi keengganan pasar modal swasta dalam membiayai perusahaan yang baru berdiri. Untuk mengatasi kelemahan pasar ini dan untuk mengurangi biaya yang dikenakan perusahaan modal ventura, maka Pemda mendirikan perusahaan penyedia modal awal. Selain itu juga dikembangkan kerja sama pemerintah dan swasta untuk menyediakan dana beresiko untuk membantu perusahaan-perusahaan dalam berbagai tahapan perkebangan mereka.
Selain itu banyak juga Pemda yang membangun atau mensponsori pembangunan business incubator untuk mengatasi kendala overhead cost yang besar pada awal berdirinya perusahaan. Business incubator adalah sebuah sarana berbentuk gedung (di Negara-negara maju biasanya sebuah gedung tua) yang disekat-sekat menjadi ruang-ruang usaha, dilengkapi dengan paling sedikit ruangan bersama, dimana ditempatkan sarana pelayanan usaha seperti : sekretaris, penerima dan sentral telepon, mesin fotokopi dan faksimili,ruang pelatihan,dan ruang rapat. Ruang-ruang tersebut kemudian dipinjamkan atau disewakan kepada calon pembeli usaha kecil untuk beberapa tahun. Setelah waktu sewa atau pinjam itu lewat, perusahaan kecil itu akan diminta keluar dari sarana tersebut. Apabila perusahaan itu telah cukup kuat untuk berdiri sendiri, maka perusahaan yang bersangkutan pasti tidak akan keberatan untuk keluar dari sarana tersebut dan pindah ke tempat usaha komersial atau membangun sendiri. Apabila perusahaan kecil tersebut keberatan untuk keluar dari sarana tersebut karena belum mampu mempunyai tempat usaha sendiri atau menyewa tempat usaha komersial, maka berarti bahwa usaha yang didirikan memang tidak layak, sehingga lebih baik dibiarkan bangkrut. Baik perusahaan kecil itu berhasil atau gagal, harus tetap keluar dari sarana business incubator  karena ruang sarana yang ditempati akan harus diberikan kepada calon pendiri usaha lain yang sudah menunggu.
Dengan menyediakan tempat usaha sementara dengan sewa yang murah atau gratis  maka Penda telah membantu mereka yang akan mendirikan usaha baru dengan menghilangkan atau mengurangi biaya pengadaan atau sewa tempat usaha, dan dengan demikian mengurangi biaya investasi awal. Akhirnya, biasanya darana business incubator mencakup juga pelayanan manajemen, termasuk membimbing dan melatih perusahaan-perusahaan keil ersebut dalam menjalankan manajemen usahanya seperti tata nuku, administrasi kantor. Perusahaan-perusahaan kecil menjadi pihak yang akan memperoleh keuntungan besar dari program penyediaan ruang usaha melalui business incubator.

1 S.B. Friedman dan A. J. Darragh dalam artikelnya, “Economic Development” (The Practice of Local Government Planning, editor Frank S. So dan Judith Getzels, Washington DC.: International City Management Association, edisi kedua,1988, hal. 287-329), mencantumkan satu lagi strategi, yaitu pengadaan prasarana dan sarana umum yang mendorong bisnis. Mengingat bahwa pada hakekatnya strategi terakhir ini memang sudah merupakan tugas daripada Pemda di manapun berada, dan pelaksanaanya merupakan prekondisi bagi pelaksanaan strategi yang lain, maka penulis menganggapnya bukan sebagai salah satu stategi yang bisa dibandingkan dengan ketiga strategi yang disebutkan disini.

No comments:

Post a Comment