EKONOMI NASIONAL PASCA-KRISIS 1998
Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, PDB dan
indicator-indikator pengeluaran mengalami penurunan yang sangat drastis, yaitu
dari tahun 1997 ke 1998. Pengecualiaanya adalah ekspor, yang justru meningkat
akibat dari penurunan nilai tukar rupiah yang sangat tajam, sehingga harga
barang ekspor kita menjadi rendah bila dilai dengan mata uang asing. Selain itu
banyak juga produsen yang karena pasar dalam negeri hampi hilang sama sekali
akibat dari menurunnya pengeluaran di dalam negeri G, I dan C semua anjlok),
terpaksa mencari pasar di Negara lain yang tidak terkena krisis ekonomi,
sehingga dengan pasar yang semakin besar
dan harga yang lebih rendah, volume ekspor bisa meningkat meskipun PDB
(Produk Domestik Bruto) turun.
Pada tahun berikutnya , PDB tumbuh sedikit, yang terutama
diakibatkan oleh peningkatan konsumsi (C). Pengeluaran pemerintah (G) di lain
pihak hampir tidak meningkat dan ini disebabkan karena pendapatan pemerintah
juga berkurang. Perusahaan banyak yang brangkut atau merugi akibat krisis
ekonomi, dan ini menyebabkan mereka tidak membayar pajak yang menjadi
pendapatan pemerintah. Investasi swasta, di lain pihak, justru turun drastic
karena beberapa alasan.
Pertama, kondisi keamanan sangat labil, dimana mana terjadi
kerusuhan, penjarahan, dan kejahatan- kejahatan lainnya, dan ini menyebabkan para
pengusaha takut untuk melanjutkan usahanya. Kekhawatiran juga merambat ke
usaha-usaha pertanian kecil, di mana para petani komoditipun mengalami
penjarahan atas hasil tanaman yang sudah siap untuk dipanen. Kedua, karena
kurang terjaminnya keamanan bagi pelaksanaan usaha dan volatile-nya pasar modal dan pasar uang, maka para pengusaha
mengamankan uangnya baik dengan mengkonversinya menjadi valuta asing di dalam
negeri maupun menyimpannya di luar negeri, (David Roche, dalam artikelnya
“Emerging Markets Down he Tubes” (The
Asian Wall Street Journal, 18 juli 2001, hal.6), memperlihatkan bahwa
jumlah uang yang keluar dari Negara-negara sedang berkembang untuk mencari
tempat yang aman dalam dolar AS setiap tahun adalah 75 miliar dolar)
Yang keduannya menyebabkan jumlah rupiah yang bisa dipakai untuk
investasi dan modal kerja berkurang. Dan ketiga, kondisi keamanan yang tidak
kondusif memaksa perusahaan-perusahaan asing membatalkan realisasi penanaman
modal asing yang sudah memperoleh persetujuan pemerntah.
Penurunan investasi swasta dan asing tersebut diimbangi
dengan peningkatan investasi usaha kecil bila kepada usaha kecil tersebut
diberikan rangsangan atau fasilitas yang memungkinkan mereka melakukan
investasi.
Antara 1998 dan 1999 selain terjadi penurunan investasi
swasta juga terjadi penurunan ekspor, dan ini disebabkan oleh beberapa factor.
Pertama, dunia usaha tidak bisa bergerak dengan lancar akibat tidak adanya
kredit modal kerja dan perbakan. Sebagaimana kita ketahui, dunia perbankan saat
itu sedang kesulitan likuiditas akibat besarnya kredit macet dan kebutuhan
untuk memenuhi ketentuan capiltal
adequancy ratio (CAR) perbankan. Selain itu, bilapun ada, suku bunga kredit
perbakan menjadi terlalu tinggi sehingga usaha apapun menjadi tidak layak.
Kedua, kondisi keamanan tidak kondusif bagi pelaksanaan usaha termasuk ekspor
dan impor. Misalnya banyak kasus di mana container yang berisi komoditi ekspor
dijarah oleh pencoleng dalam perjalanan ke pelabuhan ekspor.
Ini menyebabkan pengiriman komoditi ekspor oleh pengusaha
kota ke luar negeri menjadi tidak terjamin kontinuitasnya, sehingga banyak
pemesan dari luar negeri yang mengalihkan pesanannya ke Negara-negara lainnya.
Ketiga, tidak diterimanya letter of
credit (LC) perbankan kita di luar negeri menyebabkan dunia usaha tidak
dapat mengimpor bahan baku industry untuk ekspor. Ini terlihat dari menurun
drastisnya volume impor pada saat itu. Dalam hal ini menyebabkan produksi tidak
dapat dilakukan dan ekspor juga berhenti. Kekurangan bahan baku tidak hanya
dialami oleh indutri pengolahan saja, tetapi juga oleh sector peternakan, yaitu
dengan tidak dapat diperolehnya abahan makanan ternak yang tadinya diimpor.
Pada tahun berikutnya investasi swasta tetap menurun walaupun sedikit, karena kondisi keamanan masih belum kondusif dan pasar uang masih belum mantap. Para calon investor juga masih mengeluhkan banyakknya hambatan dalam pelaksanaan investasi. Bagi penanaman modal dalam negeri, hambatan investasi mencakup ksulitan pembiayaan, kelayakan proyek, kesulitan memperoleh lokasi yang sesuai, kesulitan pemasaran, dan kesulitan bahan baku. Bagi penanaman modal asing, hambatan-hambatan tersebut adalah kurangnya jaminan keamanan, inkonsistensi pelaksanaan peraturan dan kebijakan, adanya perselisihan di antara para pemegang saham, dan maraknya masalah perburuhan (“Realisasi Investasi Tahun 2000 Lebih Tinggi dari 1997”, Suara Pembaruan, 15 Februari 2001, hal. 4).
Namun karena fasilitas letter of credit sudah tersedia, maka
dunia usaha sudah dapat mengimpor bahan baku industrinya (terlihat dari
meningkatnya volume impor), sehingga kegiatan industry ekspor juga sudah dapat
berjalan kembali, dan ini terlihat dari meningkatnya volume ekspor.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah pada masa-masa awal
Presiden Abdurrahman Wahid menyebabkan konsumsi meningkat.
Selain itu, kepercayaan luar negeri kepada pemerintahan baru
juga memungkinkan pemerintah memperoleh pinjaman baru yang meningkatkan
anggaran pemerintah. Akibat ini semua maka PDB juga meningkat cukup besar. Namun
karena di antara komponen pengeluaran kenaikan yang besar hanya terjadi pada
konsumsi (C), maka banyak yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya
didukung oleh meningkatnya konsumsi. Ini terlihat dari meningkatnya penjualan
kendaraan bermotor pada tahun 2000 yang diperkirakan meningkat dua kali lipat
dari tahun sebelumnya, meningkatnya permohonan izin mendirikan bangunan, dan
meningkatnya pendapatan perusahaan ritel (“Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2000 Hanya
Didukung Meningkatnya Konsumsi”, Suara
Pembaruan, 9 Februari 2001, hl.7). untuk itu dapat dicapainya pertumbuhan
jangka panjang, pertumbuhan tersebut seharusnya didukung oleh peningkatan
investasi.
No comments:
Post a Comment