STEVANI On Social Media

Thursday, August 27, 2020

Ekonomi Nasional Pra-Krisis 1997

 EKONOMI NASIONAL PRA-KRISIS 1997

Kecendrungan pada tingkat nasional telah terjadi sejak awal tahun 1980-an, yaitu menurunnya harga minyak bumi. Dampak dari penurunan harga minyak bumi tidak hanya terbatas pada berkurangnya pendapatan pemerintah tetapi juga berkurangnya pendapatan pemerintah untuk melakukan investasi terutama dalam b9dang produktif. Di masa lalu, pada saat pemerintah masih mempunyai pendapatan yang besar dari minyak bumi, pemerintah melakukan kegiatan investasi dalam bidang produktif secara ekstensif, terutama melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sekarang pemerintah tidak mampu lagi untuk melakukan investasi dalam bidang produktif. Di dalam bidang prasarana pun pemerintah sudah mulai mendorong keterlibatan pihak swasta. Ketidakmampuan untuk melakukan investasi dalam bidang produktif jelas tidak menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana kita ketahui, perekonomian nasional dapat dinyatakan dalam persamaan :

Y = C + I + G + NX

Dimana Y= Pendapatan nasional, C= Konsumsi nasional, I= investasi, G= pengeluaran pemerintah, NX= net ekspor= Ekspor-Impor (X-M).

Investasi dalam bidang produktif terdiri dari

Ip yaitu investasi sector swasta, dan IG yaitu invetasi sector public atau pemerintah. Adapun G adalah pengeluaran pemerintah pada umumnya, yaitu pengeluaran rutin plus pengeluaran pembangunan diluar bidang produktif. Jadi pengeluaran investasi oleh perusahaan Negara sekarang dianggap sebagai pengeluaran investasi sector swasta.

Berkurangnya pendapatan minyak bumi, yang besar pengurangannya adalah I , yang mungkin sekarang sudah sama dengan nol. Bila diasumsikan bahwa konsumsi nasional adalah tetap, kemudian pengeluaran pemerintah dan net ekspor juga tetap, maka dengan berkurangnya atau hilangnya investasi pemerintah dalam bidang produktif (IG),maka pendapatan nasional (Y) juga akan berkurang sebanyak IG yang semula. Bila persamaan tersebut diubah menjadi persamaan perubahan atau pertumbuhan komponen-komponen pengeluaran, menjadi :

Y = C + I + G + NX

Dimana   adalah perubahan , maka jelas bahwa bila komponen- komponen yang lain berubah sama dengan tahun-tahun sebelumnya, sedangkan I berubah dari positif menjadi negative akibat berkurangnya investasi pemerintah dalam bidang produktif, jelas Y, laju pertumbuhan nasional, akan berkurang sebesar pengurangan I tersebut.

Dengan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk melakukan investasi dalam bidang produktif, maka bila kita tidak ingin agar pertumbuhan ekonomi kita berkurang, hilangnya investasi sector pemerintah harus digantikan dengan investasi oleh sector lain. Sector yang mampu menggantikan peran investasi pemerintah adalah sector swasta. Oleh karena itulah maka pemerintah harus dan telah melakukan berbagai upaya deregulasi selama ini telah cukup berhasil. Namun dengan demikian maka pemerintah, dengan melimpahkan tugas invesyasi seluruhnya kepada sector swasta, juga melepaskan kemampuannya untuk mengendalikan arah perkembangan ekonomi secara langsung. Dengan demikian perekonomian akan sangat tergantung pada mekanisme sector swasta dalam mengalokasikan investasi yaitu mekanisme pasar. (Lihat misalnya uraian Didik J. Rachbini, “RAPBN 1995/96: Porsi  Besar Buat Swasta”, Warta Ekonomi, No.34/VI/ 16 Januari 1995, hal. 8.)

Meskipun terbatas, dari tahun 1990 sampai tahun 1996-1997, pemerintah masih mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui anggaran belanjanya, sebagaimana terlihat pada table



 

Semua indiator pengeluaran menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Demikian juga PDB, selalu meningkat setiap tahun dari tahun 1990 sampai tahun 1997. Kemudian sejak tahun 1994-1995, pemerintah telah menggariskan kebijakan yang mendorong sector swasta untuk mengambil alih tanggung jawab yang lebih besar dalam bidang pembangunan. Ini ditandai dengan semakin kecilnya peningkatan belanja pemerintah (G), diimbangi dengan semakin besarnya peningkatan investasi swasta (I). Peningkatan investasi swasta ini kemudian diikuti dengan peningkatan ekspor yang semakin tinggi (X), walaupun untuk itu impor (M) juga meningkat dengan pesat akibat dari meningkatnya permintaan impor bahan baku industry.

No comments:

Post a Comment